Our Visitor

001100
Total views : 6333
Your IP Address : 216.73.216.23
Server Time : 2025-06-17

Siswa Spempat Belajar Membatik Langsung dari Ahlinya

SMPMTSMUSBY.COM – Untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya dunia, siswa kelas 8 SMP Muhammadiyah 4 Surabaya rela menempuh perjalanan ratusan kilometer ke Yogyakarta. Sabtu (25/1), mereka mengikuti kegiatan outing class di Kampung Batik Giriloyo, sebuah desa yang terkenal sebagai pusat batik tulis di Yogyakarta.

Kegiatan tahunan sekolah ini bertujuan memberikan pengalaman belajar langsung di luar kelas. Ketua pelaksana kegiatan, Zaenal Maftukhin, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya bertujuan mengenalkan batik secara teori, tetapi juga mempraktikkan proses pembuatannya bersama pengrajin lokal yang sudah ahli di bidangnya.

“Siswa diajak untuk belajar langsung dari ahlinya agar memahami betapa pentingnya kesabaran dan ketelitian dalam membatik. Ini menjadi pembelajaran yang tidak hanya mendidik, tetapi juga mengasah keterampilan,” ungkap Zaenal.

Di Kampung Batik Giriloyo, siswa disambut oleh Koordinator Batik Desa Giriloyo, Said Romli. Ia memberikan penjelasan mengenai sejarah panjang desa tersebut yang sudah menjadi sentra batik sejak tiga abad lalu. Lokasi yang dekat dengan Imogiri, pusat kebudayaan Kerajaan Mataram, menjadikan desa ini produsen batik berkualitas untuk acara-acara resmi kerajaan.

“Tradisi membatik di desa ini terus dilestarikan secara turun-temurun. Hingga kini, desa ini menjadi salah satu sentra batik terbaik di Yogyakarta,” jelas Said Romli.

Setelah mendapatkan teori tentang sejarah batik, siswa yang berjumlah 75 orang dibagi ke dalam 15 kelompok kecil. Setiap kelompok didampingi oleh seorang pengrajin batik lokal. Dalam praktiknya, siswa diajarkan memegang canting, mengambil lilin cair, hingga menggambar pola batik pada kain mori.

Bunga Ghaniyah, salah satu siswa, mengaku antusias meski harus berhati-hati. 

“Ternyata membatik itu butuh kesabaran. Salah sedikit saja, motifnya bisa rusak. Tapi saya senang bisa mencoba langsung,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan Eka Puspitasari, wali kelas 8 yang ikut mendampingi. Ia mengaku sempat gugup saat mempraktikkan proses membatik. 

“Saya baru pertama kali memegang canting. Takut salah, tetapi ini pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi siswa. Selain belajar seni membatik, siswa juga memahami nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Menurut Zaenal, kegiatan semacam ini penting untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal pada generasi muda.

“Kami ingin siswa belajar dari berbagai sumber, tidak hanya dari buku atau guru di kelas. Dengan terjun langsung seperti ini, mereka bisa lebih menghargai proses pembuatan batik dan budaya Indonesia,” pungkas Zaenal.

Kegiatan ini sekaligus menjadi bentuk dukungan sekolah terhadap pelestarian batik sebagai warisan budaya tak benda yang telah diakui UNESCO.

Advertisment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *